Home

Selasa, 27 April 2010

SYAFAAT RASULULLAH SAW


by Husam
“Dari Abu Hurairah r.a beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi was sallam bersabda, “Setiap Nabi alaihis salam memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai syafa’at bagi ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syafaat berasal dari kata asy-syafa’ (ganda) yang merupakan lawan kata dari Al-witru (tunggal), yaitu menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi dua, tiga menjadi empat, dan sebagainya. Ini pengertian secara bahasa.

Sedangkan secara istilah, syafaat berarti menjadi penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya atau menolak mudharat, yakni pemberi syafaat itu memberikan manfaat kepada orang itu atau menolak mudharatnya.
Syafaat terdiri dari dua macam :
Pertama , Syafaat yang didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu yang ditegaskan Allah Swt dalam Kitab-Nya , atau dijelaskan Rasulullah. Syafaat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas; karena Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan,’Laa ilaaha illallah’ dengan ikhlas dalam hatinya.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhori, kitab Al-Ilm, bab “Al-Hirsh ‘ala Al-Hadits.”
Syafaat mempunyai tiga syarat:
  1. Allah meridhai orang yang memberi syafaat.
  2. Allah meridhai orang yang diberi syafaat.
  3. Allah mengizinkan pemberi syafaat untuk memberi syafaat.
Syarat-syarat di atas secara global dijelaskan Allah dalam firman-Nya, “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (An- Najm:26)
Kemudian firman Allah Ta’ala , : “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (Al- Baqarah:255)
Lalu firman Allah Ta’ala , : “Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (Thahaa: 109)

Kemudian firman Allah Ta’ala , : “Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada- Nya.” (Al-Anbiya: 28)
Agar syafaat seseorang diterima, maka harus memenuhi ketiga syarat di atas. Menurut penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam:
1. Syafaat umum. Makna umum, Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk diberi syafaat. Syaaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad saw, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan orangorang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka.
2. Syafaat khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad saw dan merupakan syafaat terbesar yang terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orangorang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya : “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Israa’:79)
Di antara syafaat khusus yang diberikan kepada Rasulullah Saw ada l ah syafaatnya kepada penghuni syurga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara surga dan neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hingga akhirnya mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi saw.
Kedua, Syafaat batil yang tidak berguna bagi pemiliknya, yaitu anggapan orang-orang musyrik bahwa tuhan-tuhan mereka dapat memintakan syafaat kepada Allah.
Syafaat semacam ini tidak bermanfaat bagi mereka seperti yang difirmankan-Nya, “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (Al-Mudatstsir : 48)
Demikian itu karena Allah tidak rela kepada kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu dan tidak mungkin Allah memberi izin kepada para pemberi syafaat itu, untuk memberikan syafaat kepada mereka; karena tidak ada syafaat kecuali bagi orang yang diridhai Allah. Allah tidak meridhai hamba-hamba-Nya yang kafir dan Allah tidak senang kepada kerusakan.


Ketergantungan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan mereka dengan menyembahnya dan mengatakan, “Mereka adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”, (Yunus: 18), adalah ketergantungan batil yang tidak bermanfaat. Bahkan demikian itu tidak menambah mereka kecuali semakin jauh, karena orang-orang musyrik itu meminta syafaat kepada berhala-berhala itu dengan cara yang batil, yaitu menyembahnya. Itulah kebodohan mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah, tetapi sebenarnya tidak lain hanya menjadikan mereka semakin jauh.
Sumber : Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji
RABU, 14 APRIL 2010































KLINIK ISLAM AL-HUDA: 'hari pembalasan'.... Syafa'at Nabi Muhammad saw                                                                                  

'hari pembalasan'.... Syafa'at Nabi Muhammad saw
 Monday, March 29, 2010 at 9:31pm
Pada Hari Pembalasan tidak ada lagi hubungan keluarga, tak ada saudara, tak ada ibu, tak ada ayah. Setiap orang akan melepaskan diri dari yang lain dan berusaha menyelamatkan diri sendiri. Setiap orang akan berseru, �Bagaimana aku, bagaimana aku! Ya Allah, ampunilah aku! Rahmatilah aku!� Pada hari itu, mereka yang beramal saleh selama hidup di dunia sekalipun akan menyadari bahwa amal mereka tidak ada artinya dibandingkan kenikmatan dan rahmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka selama di dunia.

Dengan menyadari hal itu muncullah perasaan cemas bahwa semua amal mereka akan sangat ringan dalam timbangan Allah (al-m�z�n) yang akan menerapkan keadilan yang sempurna, al-�adl. Pada saat itu, tak seorang pun akan aman dari rasa tertekan di Hari Pembalasan, kecuali mereka yang dikaruniai rahmat oleh Allah. Ab� Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, �Tak seorang pun di antara kalian yang akan masuk surga karena amal semata.� Mereka bertanya, �Ya Rasulullah, engkau pun tidak?� Beliau menjawab, �Tidak diriku sekalipun, tetapi Allah akan menyelimutiku dengan kasih dan ampunan-Nya.�

Satu-satunya orang yang tidak berseru, �Nafs�, nafs�,� atau �Diriku, diriku,� pada hari yang membahayakan adalah Nabi Muhammad saw. Semua umat Nabi lainnya akan berlari menuju nabi mereka, tetapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Semua nabi justru akan meminta Nabi Muhammad saw. untuk memberi syafaat kepada mereka dan umatnya. Nabi saw. akan berkata, �Akulah pemberi syafaat (an� lah�),� dan Allah akan memberi izin kepada Nabi saw.
untuk menggunakan syafaatnya bagi semua umat.

Ibn �Abb�s meriwayatkan bahwa beberapa sahabat Nabi muncul dan menunggu beliau. Ketika beliau datang, beliau mendekati mereka dan mendengarkan ucapan mereka, �Hebat sekali, Allah Yang Mahabesar dan Mahaagung telah menjadikan makhluk ciptaan-Nya sebagai sahabat dekat-Nya, yaitu Ibr�h�m. Yang lainnya berkata, �Tak ada yang lebih hebat daripada kalam-Nya kepada M�s�, orang yang Dia ajak berbicara secara langsung!� Lalu yang lainnya berkata, �Dan ��s� adalah kalimat dan ruh-Nya!� Sementara yang lainnya berkata, �Adam adalah nabi pilihan Allah.�

Kemudian Nabi Muhammad saw muncul dan berkata, �Aku mendengar perkataan kalian, dan semua yang kalian katakan benar, dan aku sendiri adalah Kekasih Allah, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun, dan aku akan mengusung bendera keagungan pada
Hari Pembalasan nanti, dan menjadi orang pertama yang memberi syafaat dan syafaat pertama yang akan diterima Tuhan, dan aku adalah orang pertama yang akan mengitari surga sehingga Allah membukakannya untukku dan aku akan memasukinya bersama dengan orang-orang miskin dari kalangan umatku, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun. Aku yang paling mulia dari yang pertama dan yang terakhir, dan aku katakan ini tanpa
sombong sedikit pun.�

Salah satu kunci rahmat Allah adalah cinta. Cinta kepada Allah dan Nabi-Nya merupakan salah satu kunci menuju surga. Hadis berikut menjadi bukti. Seorang badui bertanya kepada Nabi saw. tentang saat terjadinya Hari Kiamat. Beliau berkata, �Hari Kiamat pasti akan tiba. Apa yang telah kamu persiapkan untuk menyongsong kedatangannya?� Orang itu berkata, �Ya Rasulullah, aku tidak mempersiapkan diri dengan puasa dan amal saleh yang banyak, tetapi aku mencintai Allah dan Nabi-Nya.� Nabi saw. bersabda, �Kamu akan beserta mereka yang kamu cintai.� Anas mengatakan bahwa ketika mendengar hal itu, orang-orang Islam sangat bersuka cita lebih dari sebelumnya. Anas berkata, �Oleh karena itulah, aku mencintai Nabi, Ab� Bakr, dan �Umar, dan aku berharap bahwa aku akan beserta mereka karena kecintaanku kepada mereka, meskipun amalku tidak akan bisa menyamai amal mereka.�

Tuhan telah menciptakan beberapa sarana yang bisa membebaskan manusia dari hukuman karena manusia memang diciptakan lemah, rentan terpengaruh setan, nafsu, kesenangan duniawi, dan sifat berbangga. Rahmat Allah begitu luas, dan melaluinya semua orang beriman bisa mendapatkan pertolongan. Ab� Hurayrah meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya Allah telah menciptakan rahmat. Pada hari Dia menciptakan nya, Dia membaginya ke dalam seratus bagian. Dia akan menggenggam 99 bagian, dan memberi satu bagian kepada seluruh makhluknya. Sekiranya orang-orang kafir tahu semua rahmat yang dalam genggaman-Nya, mereka tak akan pernah putus asa untuk memasuki surga, dan sekiranya orang-orang beriman tahu semua siksaan dari Allah, mereka tak akan berpikir dapat selamat dari neraka.

Agar manusia dapat menggapai rahmat-Nya, Allah menurunkan sebuah kalimat yang cukup untuk membersihkan dosa seseorang, sebanyak apa pun dosa yang telah ia perbuat.
Utbn ibn Mlik al-Anshr, seorang dari suku Ban Slim, meriwayatkan bahwa Rasulullah menghampirinya lalu berkata: Jika seseorang yang dibangkitkan para Hari Kiamat pernah berkata, L ilha ill Allh, dengan tulus karena Allah, maka Allah akan mengharamkan api neraka baginya. Hadis tersebut mengingatkan kita bahwa rahmat Allah berada di luar jangkauan pemahaman manusia. Pada saat yang sama, mereka juga diperingatkan agar tidak terlalu bersandar kepada rahmat Allah, dan mengabaikan batasan-batasan yang telah Allah tetapkan dalam syariat yang suci.

Kami akhiri bab ini dengan menekankan prinsip mendasar dalam Islam: bahwa pada akhirnya hanya rahmat Allah yang amat luas yang akan menyelamatkan manusia pada Hari Pembalasan yang sangat mengerikan itu. Dan perwujudan dari rahmat Allah itu adalah Nabi Muhammad saw. sendiri, yang digambarkan Allah dalam surah al-Anbiy
ayat 107 sebagai rahmat bagi seluruh alam. Karena itulah kita sangat mengharapkan syafaat beliau yang merupakan pijakan paling kokoh pada Hari Pembalasan, tidak mengandalkan amal kita semata yang benar-benar sangat jauh dari nilai ketulusan dan kesempurnaan. Hanya berkat rahmat Allah, yang terwujud secara sempurna dalam pribadi Nabi-Nya tercinta, Muhammad saw., kita bisa memperoleh keselamatan dan pembebasan. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan menjadi guncang. (Q 24:37)[]

RABU, 14 APRIL 2010





Harga Syafaat Rasulullah                                                                       

Bismillahirrahmanirrahim

(Koleksi ANIS/ Oleh Jalilah Hj Abdullah)

Di Padang Mahsyar nanti, tidak ada siapa yang tahan bersesak-sesak bergelumang dengan peluh yang membanjir di bawah terik dan bahang matahari yang sejengkal di atas kepala sementara menunggu dibicarakan di mahkamah Rabbul Jalil.
Masing-masing mengharapkan syafaat atau pertolongan daripada para nabi dan rasul, tetapi hanya Nabi Muhammad s.a.w. yang diizinkan oleh Allah untuk memberi syafaat.

Itu pun, harga syafaat baginda tinggi nilainya. Menurut pendakwah, Ustaz Hj Hasan Mahmud Al-Hafiz, untuk mendapatkan syafaat Nabi s.a.w. tidak cukup sekadar menyuarakan kemarahan bila baginda dihina dan diperlekehkan, sekadar berselawat di dalam solat atau hanya memeriahkan sambutan maulid pada bulan Rabiulawal, sedangkan pada waktu lain untuk berselawat kepada baginda jarang sekali. Janji syafaat Nabi s.a.w. hanyalah untuk umatnya yang bersungguh-sungguh membuktikan cinta kasih kepada baginda.

Katanya, Rasulullah s.a.w. dikurniakan hak untuk memberi dua syafaat iaitu syafaat sugra (kecil) di dunia dan syafaat uzma (besar) yang berupa pertolongan di Padang Mahsyar. Sedangkan nabi-nabi lain hanya diizinkan Allah memberikan syafaat sugra iaitu pertolongan kepada umat masing-masing sewaktu para nabi dan rasul itu masih hidup.

“Di Padang Mahsyar nanti hanya Nabi Muhammad s.a.w. yang dapat beri syafaat uzma kepada seluruh umat Islam sejak zaman Nabi Allah Adam a.s. Inilah kelebihan darjat Rasulullah sebagai ketua para rasul dan nabi,” jelas Ustaz Hj. Hasan yang juga Pengarah Urusan Ibtisam Travel & Tours Sdn. Bhd.
Beliau berkata, kelebihan ini baginda jelaskan dalam sabdanya: “Setiap nabi ada doa/permohonan yang digunakan untuk mendoakan umatnya dan makbul. Sesungguhnya aku sengaja menyimpan doaku untuk syafaat kepada umatku di akhirat nanti.” (Riwayat Tirmizi)


Syafaat Sugra
Ustaz Hj. Hasan berkata, “Sejarah syafaat dikurniakan kepada para nabi sebagai mengangkat darjatnya dan sebagai satu usaha dakwah untuk menarik kaum yang keras hati untuk tunduk kepada Allah. Bukti kehebatan Islam, bukti pembelaan Allah, benteng teguh keyakinan orang yang memeluk Islam dan menjadikan musuh semakin gerun.”

Walaupun begitu, katanya, syafaat ini tidak boleh digunakan dengan semudahnya. Pertolongan ini hanya Allah izinkan untuk digunakan dalam keadaan yang benar-benar terdesak demi membela maruah agama Islam kerana syafaat ini sangat makbul jika diminta oleh para nabi kepada Allah s.w.t. dalam apa jua keadaan.


Sebab itulah Rasulullah setiap kali berdoa memohon pertolongan kepada Allah, baginda akan menggunakan bahasa yang paling baik, bukan bahasa yang mendoakan kebinasaan. Contoh doa Rasul, “Ya Allah, Engkau uruskan Abu Lahab” atau “Ya Allah, Engkau Islamkan antara dua Umar.” Maksud ‘antara dua Umar’ itu ialah Umar ibnu al-Khattab dan Abu Lahab, kedua-duanya berwatak keras, tegas tapi berpengaruh. Allah pilih Umar ibnu al-Khattab untuk jatuh cinta pada Islam, jatuh cinta pada Nabi yang mempunyai sebaik-baik akhlak dan menjadi sahabatnya yang paling akrab selepas Abu Bakar as-Siddik. Pembela kuat kepada Islam kerana dengan Islamnya Umar, ramailah yang memeluk Islam.
Rasulullah minta Allah beri petunjuk dan pembalasan yang sebaik-baiknya kepada Abu Lahab kerana Allah sahaja yang mengetahui peribadi Abu Lahab, ayah saudaranya yang sangat disegani, keras hati dan dihormati oleh kaum Quraisy Makkah. Di sini membuktikan betapa mulianya akhlak Rasulullah. Dengan sezalim-zalim manusia yang menentang Islam pun dia tetap mengharap ada kebaikan dan petunjuk dari Allah.

Melalui syafaat Nabi juga, Allah beri banyak pertolongan kepada umat Islam dalam peperangan termasuklah Perang Badar, Uhud dan Khandak. Doa Rasulullah dalam Perang Badar: “Sekiranya Engkau tak beri pertolongan maka tidak ada lagi manusia menyembah-Mu.”
Rasullullah mohon kemenangan dan minta Allah tunjukkan kehebatan dan kesabaran umat Islam dalam setiap peperangan agar beroleh keselamatan dan tidak ramai yang syahid di medan perang. Ini bertujuan untuk mantapkan iman umat Islam ketika itu supaya lebih ramai lagi yang yakin dengan agama Allah itu.
Walaupun jumlah yang pergi berperang sangat kecil berbanding dengan musuh tapi apabila umat Islam cukup yakin bahawa Allah s.w.t. ada di mana-mana dan dapat memberi pertolongan pada hamba-hamba-Nya yang sabar, hasilnya bertambah ramailah manusia yang beriman.
Firman Allah s.w.t.: “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, nescaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (Al-Anfal: 65).


Syafaat Uzma Untuk Umat Akhir Zaman
Rasulullah telah lama wafat, pastinya umat Muhammad s.a.w. zaman kini tidak dapat menyaksikan syafaat sugra sepertimana yang pernah berlaku pada zaman bermulanya Islam yang telah menyatukan kaum Ansar dan Muhajirin dan kejayaan menyebarkan Islam ke seluruh dunia.

Menurut Ustaz Hj. Hasan, untuk umat akhir zaman ini, Nabi s.a.w. menjanjikan syafaatnya kepada mereka yang benar-benar menjalani kehidupan menurut sunnahnya, mengamalkan setiap ajaran Islam dan bersungguh-sungguh berselawat ke atasnya.


“Syafaat yang Rasulullah maksudkan ini ialah syafaat uzma iaitu syafaat yang Nabi beri pada hari akhirat kepada umat yang terpilih,” katanya. Syafaat ini adalah sebagai tanda sayangnya Nabi s.a.w. kepada seluruh umatnya, lebih-lebih lagi umat yang tidak pernah melihatnya tapi beriman sungguh-sungguh dengannya, iaitu umat akhir zaman, umat masa kini hinggalah menuju hari kiamat.

RABU, 14 APRIL 2010





TaManBinTaNG > Syafaat Nabi Muhammad Salallahu Alayhi Wasalam


by arief dani Sep 21, 2007; 02:40am
Syafaat Nabi Muhammad Salallahu Alayhi Wasalam
Mawlana Syaikh Muhammad Hisham Kabbani
Ditranslasi dari The Approaching to Armageddon
www.mevlanasufi.blogspot.com

Bismillah hirRohman nirRohim

Pada Hari Pembalasan tidak ada lagi hubungan keluarga;tak ada saudara, tak ada ibu, tak ada ayah. Setiap orang akan melepaskan diri dari yang lain dan berusaha menyelamatkan diri sendiri. Setiap orang akan berseru, “Bagaimana aku, bagaimana aku! Ya Allah, ampunilah aku! Rahmatilah aku!”

Pada hari itu, mereka yang beramal saleh selama hidup di dunia sekalipun akan menyadari bahwa amal mereka tidak ada artinya dibandingkan kenikmatan dan rahmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka selama di dunia. Dengan menyadari hal itu muncullah perasaan cemas bahwa semua amal mereka akan sangat ringan dalam timbangan Allah (al-mîzân) yang akan menerapkan keadilan yang sempurna, al-‘adl. Pada saat itu, tak seorang pun akan aman dari rasa tertekan di Hari Pembalasan, kecuali mereka yang dikaruniai rahmat oleh Allah.

Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam. bersabda, “Tak seorang pun di antara kalian yang akan masuk surga karena amal semata.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, engkau pun tidak?” Beliau menjawab, Tidak diriku sekalipun, tetapi Allah akan menyelimutiku dengan kasih dan ampunan-Nya.” Satu-satunya orang yang tidak berseru, “Nafsî, nafsî,” “Diriku, diriku,” pada hari yang membahayakan adalah
Nabi Muhammad saw. Semua umat nabi lainnya akan berlari menuju nabi mereka, tetapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Semua nabi justru akan meminta Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam. untuk memberi syafaat kepada mereka dan umatnya. Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam akan berkata, “Akulah pemberi syafaat (anâ lahâ),” dan Allah akan memberi izin kepada Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam untuk menggunakan syafaatnya bagi semua umat.

Ibn ‘Abbâs meriwayatkan bahwa beberapa sahabat Nabi muncul dan menunggu beliau.Ketika beliau datang, beliau mendekati mereka dan mendengarkan ucapan mereka, “Hebat sekali, Allah Yang Mahabesar dan Maha Agung telah menjadikan makhluk ciptaan-Nya sebagai sahabat dekat-Nya, yaitu Ibrâhîm.” Yang lainnya berkata, “Tak ada yang lebih hebat daripada kalam-Nya kepada Mûsâ, orang yang Dia ajak berbicara secara langsung!” Lalu yang lainnya berkata, Dan ‘Îsâ adalah kalimat dan ruh-Nya!” Sementara yang lainnya berkata,“Adam adalah nabi pilihan Allah.”



Kemudian Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam muncul dan berkata, “Aku mendengar perkataan kalian, dan semua yang kalian katakan benar,dan aku sendiri adalah kekasih Allah, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun, dan aku akan mengusung bendera keagungan pada Hari Pembalasan nanti, dan menjadi orang pertama yang memberi syafaat dan syafaat pertama yang akan diterima Tuhan, dan aku adalah orang pertama yang akan mengitari surga sehingga Allah membukakannya untukku dan aku akan memasukinya bersama dengan orang-orang miskin dari kalangan umatku, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun. Aku yang paling mulia dari yang pertama dan yang terakhir, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun.”

Salah satu kunci rahmat Allah adalah cinta. Cinta kepada Allah dan Nabi-Nya merupakan salah satu kunci menuju surga. Hadis berikut menjadi bukti. Seorang badui bertanya kepada Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam tentang saat terjadinya Hari Kiamat. Beliau berkata, “Hari Kiamat pasti akan tiba. Apa yang telah kamu persiapkan untuk menyongsong kedatangannya?” Orang itu berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak mempersiapkan diri dengan puasa dan amal saleh yang banyak, tetapi aku mencintai Allah dan Nabi-Nya.” Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam bersabda, “Kamu akan beserta mereka yang kamu cintai.” Anas mengatakan bahwa ketika mendengar hal itu, orang-orang Islam sangat bersuka cita lebih dari sebelumnya. Anas berkata, “Oleh karena itulah, aku mencintai Nabi, Abû Bakr, dan ‘Umar, dan aku berharap bahwa aku akan beserta mereka karena kecintaanku kepada mereka, meskipun amalku tidak akan bisa menyamai amal mereka.”

Tuhan telah menciptakan beberapa sarana yang bisa membebabkan manusia dari hukuman karena manusia memang diciptakan lemah, rentan terpengaruh setan, nafsu, kesenangan duniawi, dan sifat berbangga. Rahmat Allah begitu luas, dan melaluinya semua orang beriman bisa mendapatkan pertolongan.

Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam bersabda:"Sesungguhnya Allah telah menciptakan rahmat. Pada hari Dia menciptakannya, Dia membaginya ke dalam seratus bagian. Dia akan menggenggam 99 bagian, dan memberi satu bagian kepada seluruh makhluknya. Sekiranya orang-orang kafir tahu semua rahmat yang dalam genggaman-Nya, mereka tak akan pernah putus asa untuk memasuki surga, dan sekiranya orang-orang beriman tahu semua siksaan dari Allah, mereka tak akan berpikir dapat selamat dari neraka.”

Agar manusia dapat menggapai rahmat-Nya, Allah menurunkan sebuah kalimat yang cukup untuk membersihkan dosa seseorang, sebanyak apa pun dosa yang telah ia perbuat. ‘Utbân ibn Mâlik al-Anshârî, seorang dari suku Banî Sâlim, meriwayatkan bahwa Rasulullah menghampirinya lalu berkata: "Jika seseorang yang dibangkitkan para Hari Kiamat pernah berkata, “Lâ ilâha illâ Allâh,” dengan tulus karena Allah, maka Allah akan mengharamkan api neraka baginya.

Hadis tersebut mengingatkan kita bahwa rahmat Allah berada di luar jangkauan pemahaman manusia. Pada saat yang sama, mereka juga diperingatkan agar tidak terlalu bersandar kepada rahmat Allah, dan mengabaikan batasan-batasan yang telah Allah tetapkan dalam syariat yang suci.




Kami akhiri bab ini dengan menekankan prinsip mendasar dalam Islam: bahwa pada akhirnya hanya rahmat Allah yang amat luas yang akan menyelamatkan manusia pada Hari Pembalasan yang sangat mengerikan itu. Dan perwujudan dari rahmat Allah itu adalah Nabi Muhammad saw. sendiri, yang digambarkan Allah dalam surah al-Anbiyâ’ ayat 107 sebagai “rahmat bagi seluruh alam”. Karena itulah kita sangat mengharapkan syafaat beliau yang merupakan pijakan paling kokoh pada Hari Pembalasan, tidak mengandal kan amal kita semata yang benar-benar sangat jauh dari nilai ketulusan dan kesempurnaan. Hanya berkat rahmat Allah, yang terwujud secara sempurna dalam pribadi Nabi-Nya tercinta, Muhammad saw,kita bisa memperoleh keselamatan dan pembebasan. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan menjadi guncang. (Q 24:37)[]

Wa min Allah at Tawfiq

wasalam, arief hamdani
www.rumisuficafe.blogspot.com
RABU, 14 APRIL 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar